Berbagai macam kejadian dan fakta yang mampu kita lihat dan baca di dalam kehidupan ini, berkaitan keberhasilan seseorang. Keberhasilan seseorang diraih bukan tanpa usaha, namun semua berawal dari kerja keras yang dijalankannya. Kebanyakan orang melihat keberhasilan hanya di akhir saja, tanpa melihat bagaimana proses diawalnya. Seseorang yang pandai merangkai kata-kata dalam tulisan yang membuat pembacanya terkesima, bukan dihasilkan secara tiba-tiba dan instan, tetapi perlu proses, dengan membaca tulisan secara berulang-ulang, bahkan harus membaca banyak buku serta harus memahami peristiwa dan kejadian sekitar. Ataukah seorang trainer yang mampu melenakan bahkan menyilaukan peserta dalam kepiawaiannya menyampaikan materi yang mungkin saja materinya biasa, tetapi dengan penyampaian yang indah lagi teratur, membuat audiens terlena. Sekali lagi, itu tidak didapatkan secara instan tetapi ada proses yang bersemai bersamanya.
Beberapa bulan yang lalu kita sempat dihebohkan oleh seorang artis yang secara tiba-tiba melepas hijabnya, hanya kerena berkunjung ke negara Jepang. Yang saya akan bahas bukan soal artisnya, tetapi negara Jepang. Pernahkah kita berfikir seperti apakah proses negara Jepang bisa sampai sekarang ini? Jepang ketika perang dunia kedua habis di bombardir dan diluluh lantakkan dengan kejadian Nagasaki dan Hirosima, namun mereka bisa bangkit dengan menata ulang negaranya. Saya dapat cerita dari seorang dosen UGM yang S3 di Tokyo, beliau bercerita bahwa Jepang bisa seperti sekarang ini karena memiliki etos kerja dan kedisiplinan yang tinggi. Mereka bekerja hampir 16 jam perhari. Selain itu ada seorang peneliti berasal dari Jepang yang melakukan riset di Universitas Borneo Tarakan beberapa tahun lalu, juga memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin serta melakukan sesuatu secara teliti. Walaupun kita tahu bahwa Jepang merupakan Negara yang tingkat bunuh dirinya paling tinggi di dunia itu disisi lainnya, Insya Allah ditulisan yang lain saya akan bercerita tentang hal itu. Intinya Negara Jepang bisa maju karena proses yang bersemai padanya, hingga ada yang mengatakan bahwa Tokyo merupakan kota terkaya di dunia.
Kisah mengenai Presiden RI yang ketiga juga bisa menjadi inspirasi kita dalam hal menata manajemen diri, beliau bisa sampai terkenal dan berhasil karena ada proses di dalamnya. Dalam bukunya beliau menulis tentang kehidupannya. Beliau mengatakan bahwa saya membutuhkan waktu untuk tidur 5 jam, 2 jam untuk shalat, 1.5 jam baca Yasin dan tahlil, 2 jam berenang dan mandi, 3 jam makan, dan 3 jam untuk terima tamu, sehingga sisanya (7.5 jam) saya butuhkan untuk membaca dan menulis. Sebuah kerja keras yang membuahkan hasil. Sekali lagi proses tidak akan menghianati hasil.
Jangan menganggap keberhasilan bisa dicapai dengan instan ataupun tiba-tiba, semua ada prosesnya, jika ingin berhasil maka jalanilah proses. Begitupula dengan seorang pengemban dakwah harus menjalani proses. Agar bisa memahami Islam dengan sempurna maka harus belajar secara terus-menerus, berdiskusi atau bertukar pikiran, meminta fatwa pada orang yang berkompeten dan tentunya berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala.
Membangun peradaban barokah dan mulia juga memerlukan proses, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjalani proses dalam menegakkan islam, beliau mendapatkan banyak rintangan hambatan dan tantangan hingga islam itu benar-benar tegak secara kaffah, bukan hanya dalam ibadah dan akhlak tetapi disemua sendi kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya bahkan sanksi dan peradilan. Hari ini kita juga berproses menuju kejayaan islam yang hakiki.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, melainkan kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)”
Ditulis oleh Dosen Perikanan UBTUstadz Burhanuddin Ihsan, S.Pi., M.Sc.